A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam organisasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi dari suatu unit (pengirim) ke unit yang lain (penerima) tidak hanya vital dalam perumusan tujuan organisasi, tetapi juga merupakan peralatan dan sarana penting melalui kegiatan organisasi.
Komunikasi adalah alat pengalihan informasi dari akumunikator kepada komunikasi agar antara mereka dapat interaksi (Hasibuan, 2002:81).
Komunikasi adalah satu usaha praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan pengertian dan persatuan kelompok
Aktifitas komunikasi memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Apabila kajian komunikasi dihubungkan dengan organisasi timbul suatu kajian tentang komunikasi organisasi. Organisasi merupakan salah konteks penting dalam komunikasi.
B.Unsur-Unsur Komunikasi
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi
memiliki 3 (tiga) komponen penting yaitu :
·
Fisik, adalah ruang dimana komunikasi
berlangsung yang nyata atau berwujud. Maksudnya adalah komunikasi bersifat
nyata dan real sehingga dikatakan mempunyai tampilan fisik, baik berupa suara
maupun gerakan-gerakan sebagai tanda.
·
Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya
tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan
orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan
atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas
atau informalitas, serius atau senda gurau.
·
Temporal (waktu), mencakup waktu dalam
hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga komponen komuniasi tersebut
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, masing-masing mempengaruhi dan
dipengaruhi.
b. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai
tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding
(encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara
atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam
kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan
(misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan
menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan,
anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara
atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai
dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan
enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan
bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara
(enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
c. Sumber Penerima
Sumber penerima sebagai satu kesatuan
yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi adalah sumber (komunikator) kaligus penerima (komunikan). Anda
mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat
tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan
sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan,
anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri
sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda
sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui
pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara
dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk
mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika
anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
d. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada
kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989).
Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan
(konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi
(misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada
pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi
pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku
nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan
fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda,
anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang
komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang
anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan
proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui
(artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara
yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
e. Feed Back
Umpan balik adalah informasi yang
dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau
dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu
sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan
balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada
orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan
balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda
merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda
menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai
bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di
bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
f. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam
komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima
pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu
sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan
yang diterima.
Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik
(ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala
kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga
macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
|
Definsi
|
Contoh
|
Fisik
|
Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau
pesan lain
|
Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer,
kacamata
|
Psikollogis
|
Interferensi kognitif atau mental
|
Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran
yang sempit
|
Semantik
|
Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang
berlainan
|
Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,
menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami
pendengar
|
Gangguan dalam komunikasi tidak
terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak
dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya.
Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan
menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan
menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi
gangguan.
g. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang
dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran,
kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan.
Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan
(saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat
ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan
(saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi
(saluran taktil).
h. Pesan
Pesan dalam komunikasi dapat mempunyai
banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau
kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap
pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah
satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa
kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita
berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.
C.Bagaimana menyalurkan ide melalui komunikasi
Komunikasi dalam organisasi sangat
penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan
orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang
dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan
kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi
secara lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui
komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita
(receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja,
tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai
tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses
komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah.
Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Ide (gagasan) => Si Sender
2.
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3.
Penyaluran (Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4.
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
5.
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
6.
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok
inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi
kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama
pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang
setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama
benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara
sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan
sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional
secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat
memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir dari
pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari adanya
koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau
lingkungan organisasi.
>
Hambatan-hambatan dalam komunikasi
Suatu ketika keluarga kecil yang
memiliki anak berumur lebih kurang tiga tahun pulang kampung mengunjungi orang
tuanya. Betapa senang hati si nenek karena mendapat kunjungan dari anak dan
cucunya. Mereka bermain dan bercengkrama bersama hingga sore hari. Merekapun
bermaksud untuk kembali pulang kerumah. Karena si nenek masih rindu dan ingin
bermain dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si cucu tinggal dan tidur
bersamanya. Akhirnya karena si nenek mendesak dan si cucupun mau, maka
jadilah si cucu menginap di rumah nenek dan kedua orang tuanya pun pulang
Tengah malam, si cucu terbangun dari
tidurnya ingin buang air kecil. Lalu dia membangunkan neneknya. “Nek bangun nek, aku mau
nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah terbiasa
dengan orang tuanya klo mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun bangun
dan berkata: “Cu,
ini kan udah malam, besok aja nyanyinya ya”. Lalu
merekapun tidur lagi.
Tidak berapa lama, si cucupun terbangun
karena sudah gak tahan mau buang air kecil. “nek bangun nek, aku mau nyanyi”, si cucu
terus merengek kepada neneknya. Karena gak tahan dengan rengekan cucunya maka
si nenek berkata: “baiklah,
kamu nyanyinya di teliga nenek saja ya”. Kontan si
cucupun mengencingi telinga neneknya. Dan nenekpun terpaksa menahan marahnya.
Rupanya orang tua si cucu lupa memberitahukan kepada si nenek kalau si cucu mau
buang air dia akan bilang mau nyanyi.
Demikianlah sebuah anekdot yang
berhubungan dengan hambatan dalam beromunikasi. Banyak hal yang bisa menghambat
untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan George
Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip
oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif,
yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2.
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai
sumber. Kita cenderung menilai siapa yang
memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang
suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi
yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan
tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan
pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang
berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya
tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar
lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi
bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal
nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi –
tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada
yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang
berlangsung.
7. Pengaruh
emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan
kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang
diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi,
jarak yang jauh, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang dapat
menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi dapat kita
lihat bahwa kata “nyanyi” di artikan berbeda antara si nenek dengan si
cucu. Nenek mengartikan kata nyanyi dengan arti sebenarnya, sedangkan si
cucu, -karena telah biasa menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-,
mengartikan “nyanyi” sebagai buang air kecil.
D.Klasifikasi Komunikasi dalam organisasi
1. Dari
segi sifatnya :
a.
Komunikasi lisan
komunikasi lisan secara langsung adalah
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka
secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.lisan
ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada
saat wawancara, rapat, berpidato.
komunikasi lisan yang tidak langsung
adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone,
VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan
bicara.
b.
Komunikasi tulisan
komunikasi tulisan adalah komunikasi
yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara
langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti
oleh penerima.Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat
elektronik, dan lain sebagainya.
komunikasi tulisan juga dapat melalui
naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi
naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah,
buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan
namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
c.
KOMUNIKAS VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi
dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan
pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk
setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
d. KOMUNIKASI
NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah
proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,
potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan
gaya berbicara.Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan
definisi “tidak menggunakan kata” dengan ketat, dan tidak menyamakan
komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa
isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal
karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong
sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda
dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal
ataupun nonverbal.
2. Dari
segi arahnya :
a.
Komunikasi ke bawah.
Mengalir dari orang pada hierarki yang
lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk
instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan
sebagainya.
b.
Komunikasi ke atas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk
seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah,
komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah
kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan
kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
c.
Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam
desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga
komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi
dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar
produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
d. Komunikasi diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling
jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para
anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
3. Menurut
Lawannya :
a.
Komunikasi Satu Lawan Satu : berbicara dengan lawan bicaras yang sama
banyaknya.
banyaknya.
Contoh:berbicara melalui telepon
b.
Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok) : berbicara antara satu orang dengan
suatu kelompok.
Contoh: introgasi maling dengan kelompok
hansip.
c.
Kelompok Lawan Kelompok : berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Contoh: debat partai politik.
Daftar pustaka
Pengertian dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi | KajianPustaka.com
1) https://adenrabani.wordpress.com/2013/11/13/pengertian-komunikasiunsur-unsur-2)komunikasibagaimana-menyalurkan-ide-melalui-komunikasihambatan-hambatan-komunikasiklasifikasi-dalam-organisasi/
No comments:
Post a Comment